Virus Ebola: Virus Paling Menakutkan dan Mematikan Serta Tiada Obatnya, Kini Mulai Menyebar!
Presiden Sierra Leone telah mengumumkan keadaan darurat Ebola di negerinya pada tanggal 31/7/2014.
Menurut WHO, ebola adalah salah satu
penyakit yang diketahui paling mematikan. Para ilmuwan hingga kini masih
belum mengetahui, darimana aslinya Virus Ebola ini berasal. Hingga
sekarang belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini.
Penyakit itu menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau
jaringan orang yang tertular.
WHO
mengatakan penyakit itu juga bisa ditularkan melalui kontak dengan
hewan yang tertular, sakit atau mati. Virus tersebut berpindah melalui
darah dan cairan tubuh lain.
Korban mengalami pendarahan secara internal dan eksternal. Tingkat kematian dapat mencapai 90 persen.
Penelitian menunjukkan, jika kelelawar
dapat terinfeksi virus ebola namun ternyata mereka mampu bertahan dengan
virus tersebut, tanpa terjangkit penyakit ebola.
Maka, kelelawar diklaim sebagai hewan
yang memainkan peran penting mempertahankan virus ini tak akan punah dan
selalu ada di alam liar!
Penyebaran virus ebola yang telah
menewaskan 78 orang di Guinea mencapai tingkat tertinggi. Sebab
penyebaran virus ini semakin sulit dikontrol. Hingga kini, sudah lebih
dari 1.850 kasus dan lebih dari 1.200 kematian yang dilaporkan sejak
ebola ditemukan, berdasarkan catatan WHO.
27 Juni 1976, Dunia Saksikan Lahirnya Virus Ebola
Pada tahun 1976 lalu, seorang pekerja
toko di Nzara, Sudan, tiba-tiba sakit. Lima hari berselang, ia meninggal
dunia. Dengan kematiannya, dunia tanpa sadar mulai menyaksikan… dampak
dari virus Ebola pertama yang menakutkan, tepatnya pada tanggal 27 Juni
1976.
Virus ini kemudian menjadi wabah di
seluruh area tersebut. Dilaporkan terjadi 284 kasus, setengah di
antaranya membuat korban sekarat.
Gejala dari Ebola hemorrhagic fever
(EHV) biasanya dimulai empat hingga 15 hari sesudah seseorang
terinfeksi. Rata-rata gejala yang dialami berupa sakit seperti flu,
demam tinggi, dan nyeri.
Semua gejala di atas biasanya diikuti
dengan diare, muntah, serta kemunculan ruam di seluruh tubuh. Lalu
dimulailah gejala menyakitkan seperti keluarnya darah dari semua lubang
di tubuh.
Dilanjutkan dengan rusaknya organ-organ
internal si penderita. Masuk hari ketujuh hingga kesepuluh, muncul rasa
kelelahan, dehidrasi, dan shock.
Dokter yang merawat para korban awal
sadar, bahwa penyebaran virus ini terjadi ketika ada kontak yang cukup
dekat. Sebagai contoh, di Rumah Sakit Maridi, Sudan, 33 dari 61 suster
yang merawat pasien penderita Ebola, akhirnya ikut tewas karena virus
tersebut.
Studi yang dilakukan Badan Kesehatan
Dunia (WHO) menyebut, virus ini memiliki angka kematian sebesar 90
persen. Umumnya berkembang di desa-desa terpencil di Afrika Tengah dan
Barat.
Diyakini, virus bermula dari hewan liar
yang menularkannya ke manusia hingga akhirnya mematikan bagi populasi
manusia. Baru dugaan, hewan yang dianggap sebagai inang alaminya adalah
kelelawar buah dari famili Pteropodidae. Hingga sekarang, belum ada
vaksin penyembuh bagi mereka yang terpapar.
Virus Ebola Menyerang dan Mulai Menyebar, 900 Orang Telah Tewas!
Para pejabat kesehatan telah mendata 48
kasus penularan sejak wabah pertama kali dilaporkan bulan Februari 2014
lalu. Hingga sekarang, belum ada vaksin penyembuh bagi mereka yang
terpapar virus mematikan ini.
Rabu, 6 Agustus 2014, Badan Kesehatan
Dunia (WHO) menyatakan, kasus kematian akibat ebola tahun ini sudah
menembus angka 900 orang!
Seperti dilansir kantor berita Reuters,
dengan tambahan korban meninggal 2 hingga 4 Agustus lalu, total
kematian akibat virus mematikan itu menjadi 932 kasus. Itu yang
tertinggi sepanjang sejarah.
WHO di Jenewa menyebut, kasus ebola di
Afrika sudah mencapai 1.711. Terjadi peningkatan 108 kasus sejak data
dilansir sebelumnya. Jumlah kasus tertinggi berada di Liberia.
Jika selama ini hanya ada tiga negara
yang lumpuh akibat ebola –Liberia, Sierra Leone, dan Guinea– bertambah
satu lagi, yakni Nigeria. Kasus di sana juga meningkat dari empat
menjadi sembilan, dengan satu korban meninggal.
Sejak Februari, ebola telah menjadi
perhatian serius negara-negara di dunia. Bantuan medis datang dari
Amerika Serikat, Inggris, dan negara lainnya untuk Afrika. Bank Dunia
mengucurkan dana.
Tak ketinggalan, para peneliti pun
berpacu dengan meroketnya angka kematian akibat virus mematikan. Mereka
berupaya secepat dan secermat mungkin menciptakan obat dan vaksin untuk
virus yang muncul sejak 1976 itu.
Mengutip laman Time, 4 Agustus
lalu, pakar imun dari National Institutes of Health, Dr. Anthony Fauci
mengaku telah berhasil menciptakan vaksin untuk ebola, yang sudah diuji
coba pada hewan.
Vaksin itu baru akan diuji coba ke
manusia, September mendatang. Fauci bukan satu-satunya yang menjadi
tumpuan harapan dunia. Peneliti lain juga tengah berupaya menyelamatkan
dunia dari ebola. (art)
Menurut WHO, ebola adalah salah satu
penyakit yang diketahui paling mematikan. Penyakit itu menular melalui
kontak langsung dengan cairan tubuh atau jaringan orang yang tertular.
WHO mengatakan penyakit itu juga bisa ditularkan melalui kontak dengan
hewan yang tertular, sakit atau mati.
Kenali Virus Ebola
Presiden Uganda Yoweri Museveni meminta
masyarakat untuk menghindari kontak fisik langsung dengan penderita,
pasca virus ini menyerang ibukota Kampala.
Museveni meminta warga menghindari jabat
tangan, berciuman, dan melakukan hubungan seks dengan penderita.
Meskipun wabah Ebola banyak terjadi di negara-negara Afrika, bukan tidak
mungkin virus tersebut dapat menyebar ke seluruh dunia. Lantas
bagaimana sebenarnya seluk beluk penyakit mematikan ini?
Gejala awal penyakit ini berupa demam,
sakit kepala, nyeri sendi dan otot, sakit tenggorokan dan gejala lain
yang disertai dengan diare, muntah, sakit perut. Dalam beberapa kasus
penyakit ini bahkan menyebabkan ruam, mata merah dan pendarahan secara
internal dan eksternal.
The National Institutes of Health mencatat hampir 90 persen orang yang terinfeksi virus ebola, meninggal dunia.
Virus ini mewabah di beberapa negara
Afrika seperti Republik Demokratik Kongo, Gabon, Sudan, Pantai Gading,
dan Uganda. Sebenarnya manusia bukanlah sarang alami dari virus ebola.
Orang pertama kali terjangkit virus ini diyakini mereka yang melakukan
kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi virus tersebut.
Hewan yang berpotensi menyebarkan virus
ebola kepada manusia antara lain simpanse, gorila, antelop hutan, dan
monyet cynomolgus. Setelah seseorang terinfeksi dari hewan, maka orang
tersebut berpotensi menyebarkan virus kepada orang lainnya melalui
cairan darah, air liur, atau lendir.
Berdasarkan beberapa pengalaman di
beberapa negara tempat kasus ini terjadi, ebola sering menyebar dan
menyerang para pekerja di bidang layanan kesehatan masyarakat.
Tentu saja hal ini lumrah karena mereka
bertugas merawat pasien yang terjangkit virus. Terlebih jika mereka
tidak menggunakan pelindung seperti masker dan sarung tangan. Penggunaan
jarum suntik yang baru juga sebagai sarana penyebaran virus.
Para ilmuwan hingga kini masih belum
mengetahui darimana virus ebola berasal. Penelitian menunjukkan jika
kelelawar dapat terinfeksi virus ebola namun ternyata mampu bertahan
dengan virus tersebut tanpa terjangkit penyakit ebola. Kelelawar diklaim
sebagai hewan yang memainkan peran penting mempertahankan virus di
alam!
Berdasarkan data WHO sejak ditemukan
tahun 1976, telah tercatat 1.850 kasus dan lebih dari 1.200 kematian
yang disebabkan oleh virus ini. Pasien yang terinfeksi penyakit hanya
dapat dirawat melalui terapi, dan beberapa perawatan intensif seperti
menyeimbangkan cairan pasien, menjaga tekanan darah dan kadar oksigen,
serta dan menjaga mereka dari hal yang dapat menimbulkan infeksi.
Mengapa Wabah Ebola Merebak?
Virus Ebola berpindah melalui darah dan
cairan tubuh lain. Korban mengalami pendarahan secara internal dan
eksternal. Tingkat kematian dapat mencapai 90 persen, menurut WHO.
Tambah lagi, masalah yang dikhawatirkan adalah fasilitas perawatan
kesehatan di Guinea tak memadai.
Meski memiliki deposit bauksit dan bijih
besi yang sangat besar, Guinea merupakan salah satu negara termiskin di
dunia. Dan dengan menyebarnya virus mematikan seperti ebola saat ini,
keamanan regional pun terancam.
Ian Lipkin, seorang pakar epidemiologi dari Columbia University’s Mailman School of Public Health, New York City, kepada National Geographic
berbicara tentang hal ini. Menurut Lipkin, ebola tidak selalu
mematikan. Dalam beberapa kasus memang orang bisa sembuh, akan tetapi ia
menekankan betapa berbahayanya infeksi ini.
“Mayoritas orang yang menunjukkan
gejala-gejala infeksi tidak dapat bertahan”, jelas Ian Lipkin.
Kemungkinan sumber penularan virus penyakit adalah dari binatang—yakni
kelelawar atau terkadang primata. Untuk itu, pihak pemerintah Guinea
telah melarang warganya mengonsumsi kelelawar ataupun binatang liar
antara lain kera, simpanse, gorila.
“Infeksi awalnya adalah melalui daging
mentah. Jika ada hewan yang terkena penyakit, lalu ketika proses
pembantaian terjadi kontak dengan darah hewan itu, segera bisa
terjangkit,” kata Lipkin. Ia mengatakan, di samping itu, semacam ritual
tertentu yang berlaku di beberapa daerah juga bisa menjadi cara
penularan.
Dalam penguburan seorang yang meninggal,
mereka memandikan atau membersihkan langsung jenazah sebelum dikebumikan
— sebagai sebuah tanda mengirim roh ke dalam dunia selanjutnya dengan
penuh kasih.
Umumnya, wabah demikian bisa tertangani
dengan memanfaatkan berbagai diagnosis dan tes untuk mengarantina orang
yang sudah memiliki gejala sakit dari yang benar-benar sakit, serta
mencoba campur tangan dalam praktik ritual penguburan yang berisiko
penyebaran ini, demi mengontrol wabah ebola.
“Tapi kini tampaknya berbeda, wabah sudah
menyebar,” ungkap Lipkin. “Kali ini, virus sudah menyeberangi
perbatasan dan memungkinkan adanya human carrier. Akan menarik melakukan
autopsi terhadap titik mula wabah di Guinea untuk mengetahui bagaimana
virus melintasi perbatasan. Berdasar kecurigaan saya, ini melibatkan
transportasi mayat dari satu area [untuk dimakamkan] ke area lain,”
imbuhnya.
Hal Dasar yang Perlu Diketahui Seputar Ebola
Berikut beberapa pertanyaan tentang virus Ebola:
Bagaimana penyebarannya?
Manusia, secara alami, bukanlah inang tempat perkembangbiakan virus ebola. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan sumber penularan adalah dari hewan. Namun setelah orang terinfeksi, penyakit ini dapat menular dari orang ke orang melalui darah, liur, lendir, dan berbagai cairan yang dikeluarkan oleh tubuh lainnya.
Manusia, secara alami, bukanlah inang tempat perkembangbiakan virus ebola. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan sumber penularan adalah dari hewan. Namun setelah orang terinfeksi, penyakit ini dapat menular dari orang ke orang melalui darah, liur, lendir, dan berbagai cairan yang dikeluarkan oleh tubuh lainnya.
Di negara-negara di
mana ebola telah terjadi, penyakit sering menyebar di antara para tenaga
medis yang melakukan kontak dengan pasien tanpa pakaian pelindung atau
masker. Pengunaan kembali jarum yang terkontaminasi juga bisa menjadi
medium penularan.
Berapa jumlah orang yang terjangkit?
Sudah 1.850 kasus dan lebih dari 1.200 kematian yang dilaporkan sejak ebola ditemukan, berdasarkan catatan WHO.
Sudah 1.850 kasus dan lebih dari 1.200 kematian yang dilaporkan sejak ebola ditemukan, berdasarkan catatan WHO.
Apakah ada obatnya?
Tidak. Hingga kini, para peneliti masih meriset soal obat yang tepat.
Tidak. Hingga kini, para peneliti masih meriset soal obat yang tepat.
Pasien ebola dirawat dengan terapi
pendukung, yang mencakup pengimbangan cairan tubuh mereka, pengendalian
tekanan darah dan kadar oksigen, serta penanganan untuk setiap infeksi
yang lebih kompleks.
Ini Yang Terjadi Saat Tubuh Terkena Virus Ebola
Tidak bisa dimungkiri, Ebola merupakan
jenis virus yang paling ditakuti di dunia. Bagaimana tidak, virus
tersebut membawa vonis kematian bagi mereka yang terjangkit. Jika tidak
ditangani secara tepat, laju kematian pasien Ebola adalah 90 persen.
Pun jika mendapatkan penanganan medis
optimal, jika terlambat didiagnosa, angka mortalitas Ebola masih tinggi,
sekitar 60 persen.
Apa yang sebenarnya menyebabkan Ebola begitu berbahaya? Melansir Huffington Post,
saat virus Ebola berpindah masuk ke tubuh manusia, dengan segera virus
tersebut masuk ke dalam sel tubuh dan menggandakan diri.
“Setelah itu, sel tubuh akan pecah dan
mengeluarkan virus-virus baru yang akan menginfeksi sel tubuh lain dan
mengacaukan sistem tubuh secara keseluruhan,” tutur Dr. Nahid Bhadelia,
M.D, epidemiologis Boston Medical Center, Amerika Serikat.
Lebih lanjut, virus Ebola memproduksi protein yang disebut ebolavirus glycoprotein, yang
langsung menempel pada sel dalam pembuluh darah. Protein tersebut akan
menipiskan lapisan pembuluh, yang memicu kebocoran darah dalam tubuh.
Virus Ebola menurunkan kemampuan tubuh
dalam mengkoagulasi darah dan menyebabkan pendarahan internal. Selain
itu, virus Ebola juga melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti yang
dilakukan virus HIV yang menyebabkan AIDS.
Bedanya, virus Ebola akan memengaruhi sel
darah putih dan membuat sel tersebut tidak bisa memperingatkan tubuh
akan bahaya kesehatan yang mengancam, terutama dari hati, ginjal,
empedu, dan otak.
Ketika sel darah putih dilemahkan Ebola,
tubuh akan memproduksi molekul yang disebut sitokin. Dalam tubuh yang
sehat, keberadaan sitokin akan merangsang otak untuk melepaskan sel
penangkal penyakit. Namun, dalam kasus Ebola, sitokin yang dilepaskan
terlalu berlebihan sehingga menyebabkan gejala mirip flu.
“Itu merupakan gejala awal Ebola,” terang Dr. Nahid Bhadelia, M.D, epidemiologis Boston Medical Center, Amerika Serikat.
Dimulai dengan flu berakhir dengan pendarahan
Dimulai dengan flu berakhir dengan pendarahan
Secara umum, tahap pertama Ebola memang
dimulai dengan gejala mirip flu. Namun, virus ini mendapatkan cap
mengerikan karena menyebabkan pendarahan yang berujung kematian. Kendati
demikian, Bhadelia mengatakan hanya 20 persen pasien Ebola yang
mengalami gejala ekstrim tersebut.
Kebanyakan pasien Ebola justru meninggal
karena dehidrasi dengan pendarahan minor yang terjadi pada gusi atau
memar di beberapa bagian tubuh.
Jika Ebola tidak segera ditangani, dari
gejala mirip flu, virus akan semakin melemahkan pertahanan tubuh dan
membuat pasien mengalami dehidrasi parah dari muntah, diare, dan tekanan
darah yang rendah. “Pendarahan hanya akan muncul dalam tahap terakhir
serangan Ebola. Pada akhirnya, pasien Ebola akan meninggal karena shock
dan kegagalan fungsi multi organ,” tutur Bhadelia.
Lalu, bagaimana pasien Ebola bisa bertahan setelah terinfeksi? Bhadelia menjawab, sistem imunitas yang sehat adalah kuncinya.
“Jika sistem kekebalan tubuh berada dalam kondisi optimal, semua infeksi virus bisa dimentahkan,” terangnya.
Selain itu, kecepatan diagnosa juga
menentukan. Semakin cepat penanganan medis diberikan setelah terinfeksi,
semakin tinggi angka kelangsungan hidup pasien. Jika Ebola diketahui
masih dalam tahap awal, sel penanda yang menjadi gerbang masuk virus
tersebut bisa diisolasi dan dimutasis, sehingga virus tidak bisa keluar
dari sel tersebut dan menginfeksi sel lain.
Kendati demikian, Bhadelia mengatakan
para ilmuwan masih melakukan penelitian secara intensif untuk mencari
vaksin penangkal Ebola, selain mencari metoda perawatan medis alternatif
untuk menahan penyebaran virus dalam tubuh.
Sierra Leone Tetapkan Status Darurat Ebola!
Pemerintah Sierra Leone, pada Kamis
(31/7/2014), telah menetapkan keadaan darurat bagi kesehatan publik demi
mencegah penyebaran virus ebola. Republik Sierra Leone adalah sebuah
negara di Afrika Barat, tepatnya di pesisir Samudra Atlantik.
Negeri ini berbatasan dengan Guinea di
sebelah utara, Liberia di tenggara dan Samudra Atlantik di barat daya.
Presiden Sierra Leone Ernest Bai Koroma mengatakan, lokasi pusat wabah
virus di kawasan timur negaranya akan dikarantina. Dia mengaku telah
menginstruksikan aparat keamanan untuk mengetatkan penjagaan.
Sebagai bagian dari langkah pencegahan,
dia juga menginstruksikan para pelancong di bandara mencuci tangan
mereka dengan obat suci hama. Koroma juga membatalkan kunjungannya ke
Washington DC, Amerika Serikat, untuk menghadiri Pertemuan AS-Afrika.
Berdasarkan data PBB, lebih dari 670
orang di kawasan barat Afrika telah meninggal dunia sejak Februari lalu
akibat virus ebola. Dari 670 korban, 224 di antara mereka merupakan
warga Sierra Leone.
Salah satunya Dr Sheik Umar Khan yang memimpin perlawanan terhadap virus ini. Dia dimakamkan pada Kamis (31/7/2014) ini.
Negara tetangga Sierra Leone, Liberia,
juga menempuh langkah drastis. Liberia menghentikan semua kegiatan sepak
bola karena sepak bola adalah jenis olahraga di mana pemainnya
bersentuhan, kata asosiasi sepak bola.
Bahkan, maskapai penerbangan besar, Asky,
menyatakan telah menghentikan semua penerbangan ke ibu kota Liberia dan
Sierra Leone karena meningkatnya kekhawatiran terhadap virus tersebut.
Jerman, AS, Prancis sudah melarang
warganya pergi ke negara yang terjangkit wabah Ebola. Dan Arab Saudi
sudah memblokir visa dari tiga negara Afrika yang terjangkit wabah
Ebola, yaitu Sierra Leone, Guinea, dan Liberia.
Peneliti pun memperingatkan dunia,
walaupun sangat tipis atau nyaris mustahil, namun tak menutup
kemungkinan virus Ebola akan dapat menyebar dan akan meluas, bahkan
mendunia menjadi pendemic. Karena kehidupan tiap spesies termasuk virus, akan menemukan jalannya untuk selalu dapat bertahan untuk hidup. Life will find the way.
(Gloria Samantha / Nat Geo News / AFP / The Wire / VOA Indonesia / Live Science, BBC / WHO, History Channel / Reuters/Kompas/Antara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar